Kamis, 05 Mei 2016

Nyala untuk jenasah perempuan di jurang

#‎pentigraf‬


Ada jenasah berkalang tanah. Di jurang, tanpa busana, teraniaya oleh empat belas laki-laki. Duh! Hujan menutupi bukit, lembah dan pepohonan dari pagi sampai petang, dari magrib sampai subuh. Tanah dan kabut membungkusnya hati-hati. Seorang perempuan, yang berkodrat melahirkan kehidupan, telah dicuri (lagi) oleh kematian.

Perempuan di dasar jurang, jangan menyerah pada kuasa maut, meski dirimu adalah korban. Sebab mereka yang di sana bukanlah sekadar laki-laki, melainkan kejahatan, yang mencari korban untuk dipersalahkan. Sedangkan dirimu tak dapat bertanya, mengapa menjadi korban. Sebab merekalah gelap, yang datang entah darimana, dan entah untuk apa.

Di tepi jurang jeritan bergema. Ada yang memerkosa kehidupan dan membenamkannya dalam gelap. Kita tak bisa lagi menangis ataupun mengutuki gelap, kalau lilin ini padam dan korek api tak bisa lagi menyala. Angin kencang sekali, membawa bau-bauan sigung dan suara kematian. Mari merapatkan kebaikan. Hidupkan hati dan cinta. Nyalakan terang untuk jenasah perempuan di jurang, untuk setiap kehidupan yang dicuri, untuk setiap derita yang ditelan sunyi. Nyalakan perlawanan terhadap kejahatan.




1 komentar:

  1. Hidup memang indah, tapi juga kita hidup dalam sejarah yang bernanah. Biarlah bilur-bilur lukaNya memulihkan keindahan hidup, dan kita menjadi kepanjangan tanganNya untuk menjaga dan memelihara keindahan ini.

    BalasHapus