Ku seka mataku yang
basah untuk kesekian kali
memandang Sarinah yang
kemarin diserang bom dan tembakan.
Permukaan jalan masih
bernoda darah mengerak
tidak terhapuskan oleh hujan semalam.
Ada yang salah di sini
entah diriku yang
terlalu cengeng
atau orang-orang yang berfoto
selfie di belakang peta tubuh korban ledakan
dan memasang status “kami
tidak takut”.
Ku seka mataku yang
basah lagi
di depan abang sate
dan pedagang asongan
yang kemarin tetap
berjualan di tengah serangan orang-orang jahat.
Tidak bisa lagi
membedakan harumnya sate
dan bau mesiu bercampur
korban yang hangus.
Ada yang salah di sini
dalam diri kita yang
sudah terlalu banyak menyaksikan kekerasan, mengalami kejahatan,
sehingga kita tidak bisa lagi membedakan takut dan berani, berani dan sedih,
sehingga ada satu-dua
orang yang hidupnya dihancurkan ketakutan sejak lama
sebelum mereka
meledakkan dirinya untuk kesia-siaan.
Mataku basah terus
sedari kemarin
di antara
butiran-butiran doa yang bergulir satu
persatu
buat bangsa kita.
Seandainya kita mau lebih
banyak mengasihi
dan lebih banyak
membawa damai.
Dedeh Supantini. 15 Januari 2016