Selasa, 25 November 2014

Hanya rindu



Di penghujung musim ini
kudengar suara-Mu memanggil hatiku begitu kuat,
entah ke mana hendak Kau pinta.
Sudah kulacak jejak-Mu di tiap jalan setapak dan penjuru angin
dengan keraguan seorang pengembara yang mencari arah,
membaca setiap petunjuk  
yang ternyata membawa kembali
ke tempat awal di mana kuterima perjalanan ini.

Hampir menyerah, aku berbaring di hamparan rumput hijau 
                                                            yang sedang musim berbunga,
di antara harum bunga kecubung
yang semilir
menghapuskan aroma kegalauan yang disisakan malam
“ke mana aku Kau bawa, Tuhan?
aku sedikit gamang, tak bisa menangkap arah yang harus kutuju”


(... ini aku, Tuhan ...)

Pagi masih muda
ketika tiba-tiba saja Engkau menyapaku
di bawah  pohon besar yang lengannya hampir menyentuh awan
sedang sinar matahari menghangatkan diriku yang berselimut embun pagi
Engkau berbisik lewat hembusan angin yang memelukku dari segala penjuru,
“datanglah kepada-Ku”
Lalu kupandang Dikau dalam bunga-bunga rumput
yang mengalasi dan menopang diriku begitu lembut begitu kuat
dan kubertanya entah untuk kesekian kali 
“Tuhan, apa yang Kau kehendaki untuk aku lakukan dengan perjalanan ini?”

Di tepi kolam pagi itu
Engkau menjawab lewat terpaan bunga rumput yang membelai wajahku
“beristirahatlah pada-Ku”.
Sedang hatiku masih bertanya,
di langit bersih berwarna biru muda 
seekor burung kecil melintas sambil berkicau riang,
dan aku luruh
ketika Engkau memanggilku lagi dalam segala keindahan pagi
“kemarilah, beristirahatlah pada-Ku. Aku hanya rindu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar