Di
penghujung musim ini
kudengar
suara-Mu memanggil hatiku begitu kuat,
entah
ke mana hendak Kau pinta.
Sudah
kulacak jejak-Mu di tiap jalan setapak dan penjuru angin
dengan
keraguan seorang pengembara yang mencari arah,
membaca
setiap petunjuk
yang
ternyata membawa kembali
ke
tempat awal di mana kuterima perjalanan ini.
Hampir
menyerah, aku berbaring di hamparan rumput hijau
yang sedang musim berbunga,
di
antara harum bunga kecubung
yang
semilir
menghapuskan
aroma kegalauan yang disisakan malam
“ke
mana aku Kau bawa, Tuhan?
aku
sedikit gamang, tak bisa menangkap arah yang harus kutuju”
(...
ini aku, Tuhan ...)
Pagi masih muda
ketika
tiba-tiba saja Engkau menyapaku
di
bawah pohon besar yang lengannya hampir menyentuh awan
sedang
sinar matahari menghangatkan diriku yang berselimut embun pagi
Engkau
berbisik lewat hembusan angin yang memelukku dari segala penjuru,
“datanglah
kepada-Ku”
Lalu kupandang
Dikau dalam bunga-bunga rumput
yang
mengalasi dan menopang diriku begitu lembut begitu kuat
dan
kubertanya entah untuk kesekian kali
“Tuhan,
apa yang Kau kehendaki untuk aku lakukan dengan perjalanan ini?”
Di
tepi kolam pagi itu
Engkau
menjawab lewat terpaan bunga rumput yang membelai wajahku
“beristirahatlah
pada-Ku”.
Sedang
hatiku masih bertanya,
di
langit bersih berwarna biru muda
seekor
burung kecil melintas sambil berkicau riang,
dan
aku luruh
ketika
Engkau memanggilku lagi dalam segala keindahan pagi
“kemarilah,
beristirahatlah pada-Ku. Aku hanya rindu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar