Selasa, 25 Desember 2012

Keindahan Pelangi

        Kita semua mengenal pelangi dan pasti mengagumi keindahannya. Fenomena ini dijelaskan oleh para ahli Fisika sebagai berikut. Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik. Warna putih cahaya matahari sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, termasuk di antaranya tujuh warna yang dapat dicerap oleh mata kita: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pelangi terbentuk jika terjadi perubahan cuaca di mana hujan turun tetapi di langit masih ada cahaya matahari. Fenomena ini terjadi karena sinar matahari dibiaskan oleh tetesan air yang ada di atmosfer. Ketika sinar matahari melalui tetesan air, cahaya tersebut dibiaskan sedemikian sehingga warna-warna yang ada pada cahaya tersebut terpisah, dan menampilkan deretan warna yang diawali oleh warna merah dan diakhiri warna ungu. Fenomena inilah yang kita lihat sebagai pelangi.


Keindahan pelangi biasanya lebih jelas bila terjadi di pagi maupun sore hari saat sudut antara matahari dan bumi masih rendah. Keindahannya ternyata dipengaruhi juga oleh posisi pengamat. Jika pengamat berada dalam posisi membelakangi cahaya matahari dan mengamati pelangi dengan latar belakang awan mendung, warnanya akan tampak lebih jelas dan tegas. 


Fenomena alam ini begitu menakjubkan sehingga ada berbagai mitos tentangnya. Mitologi Yunani  mengatakan bahwa pelangi adalah jalan menuju surga yang dilalui oleh Dewa Iris, yaitu Dewa Pembawa Pesan. Dalam mitologi Cina dikatakan bahwa pelangi merupakan lukisan yang dibuat oleh Dewi Nuwa dengan menggunakan batu lima warna. Sedangkan mitologi India menyatakan bahwa pelangi merupakan busur panah Sang Rama yang merupakan reinkarnasi Wisnu.


Adakah makna yang bisa kita petik dari fenomena pelangi? Pelangi terbentuk justru ketika terjadi perubahan dari langit  yang serba cerah menjadi hujan rintik-rintik, ketika matahari akan bersembunyi di balik awan dan membiarkan bumi sejenak menikmati turunnya hujan. Ternyata, ada keindahan yang  dibawa oleh perubahan dari keadaan yang serba cerah menjadi mendung. Keindahan ini tidak langsung tertangkap oleh penglihatan kita, namun perlu usaha untuk mengetahuinya, paling tidak dengan mendongakkan kepala ke langit. 


Demikian pula dalam kehidupan. Bila kehidupan yang stabil tiba-tiba berubah, dan terjadi sesuatu yang membuat hidup kita terasa suram bagaikan hujan, tetap ada berkat yang tersembunyi di balik peristiwa itu. Sebuah  blessing in disguise, yang tidak langsung bisa kita temukan, namun perlu kita singkapkan. Paling tidak dengan cara menyerahkan hidup kita kepada Tuhan agar Ia menuntun kita untuk menemukannya. Atau dengan merefleksikan pengalaman itu dengan memandangnya, seperti ketika kita memandang ke langit dan menatap pelangi dengan latar belakang awan mendung. Hanya memandang saja, dengan pikiran positif bahwa ada keindahan di balik hujan yang tiba-tiba turun tadi.


Fenomena pelangi juga mengajarkan bahwa ada keindahan dalam perpisahan, dalam proses “melepas”. Lihatlah awan yang meretas butiran air untuk menjadi hujan, dan langit yang melepaskan matahari -yang sesaat sebelumnya masih menyinari bumi-. Apa hasil dari keseluruhan proses melepas itu? Keindahan warna-warni pelangi, yang tidak mungkin terjadi bila awan tetap menahan butiran air itu, sebab ia akan menjadi awan kumulonimbus yang padat menjulang dan membawa badai petir di dalamnya. Keindahan pelangi juga ternyata lebih nyata di sore hari, saat langit melepas matahari untuk terbenam. 


Dari peristiwa itu kita belajar bahwa perpisahan dan proses melepas membawa keindahan tersendiri, yang tidak mungkin terjadi saat kita menggenggam erat apa-apa yang ingin kita ikat, dan ternyata malahan mengikat diri kita sendiri. Sebuah kenangan akan masa lalu – entah itu kenangan indah ataupun menyakitkan-, atau seseorang pribadi, bila kita relakan dan kita lepaskan dari diri kita, ternyata akan terasa lebih indah dan bermakna. Maka lepaskanlah pasangan kita dan anggota keluarga lainnya dari keharusan untuk memenuhi harapan-harapan kita, syarat-syarat kita, agar mereka menjadi indah sebagai dirinya sendiri. Seperti kata peribahasa “keberadaannya lebih bermakna ketika kita tidak memilikinya”. 

Keindahan itu ada dalam cara pandang kita dan ada dalam jangkauan kita. Kita dapat membebaskan diri segala ikatan yang mengikat kita sendiri: segala kenangan, pribadi-pribadi, materi, dan lain-lain. Lepaskan, dan kita tidak akan pernah kehilangan semua itu, sebab kita akan melihat bias keindahan yang ditimbulkannya. Seperti awan meretas hujan yang tak pernah dimikilinya, seperti langit melepas matahari yang bukan kepunyaannya, dan akhirnya menghasilkan bias indah warna pelangi. 

DH. Des 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar