Pagi tentu
saja dimulai ketika matahari terbit, langit mulai terang dan segala tampak
berwarna cerah. Momen terbitnya matahari begitu indah sehingga seluruh alam
ikut bernyanyi menyambutnya: burung mulai berkicau dan ayam berkokok merdu. Kitapun
menyambut terbitnya matahari dengan gembira, dengan kelegaan dan penuh syukur kepada Tuhan, sebab aku masih boleh mengalami hari ini.......
Kini, mari
kita lihat foto di atas. Sebuah momen yang indah, bukan? Dengan sekali pandang,
bisakah kita tahu, apakah ini foto matahari terbit atau matahari terbenam?
Kelihatannya sulit untuk menebak, kecuali bila kita mengalami sendiri momen
yang ditangkap dalam foto tersebut. Dan, bila kita sendiri mengalami momen
tersebut, kesan ataupun kesimpulan akhirnya hanya bisa kita ambil bila kita
mengalami juga momen sebelum dan sesudahnya. Bila momen itu didahului suatu
sore dan berakhir dengan kegelapan, itulah matahari terbenam. Bila didahului
kegelapan dini hari dan diakhiri dengan terang, itulah matahari terbit.
Momen yang
tergambar dalam foto tadi bisa dipandang dan dimaknai secara berbeda, dan hanya
dapat kita tangkap maknanya bila kita alami secara penuh. Demikian juga hidup. Suatu
peristiwa hidup hanya dapat dimaknai bila kita tempatkan dalam keseluruhan
sejarah kita. Maka, bila kita mengalami suatu penderitaan dan kesulitan,
seberat apapun kesukaran itu, janganlah menyerah. Teruslah berjalan, dan temukan
apa yang ada setelah momen itu berlalu. Bila momen itu adalah “matahari
terbenam” dan kita merasakan “malam gelap” dalam hidup kita, masuklah dalam
kegelapan itu dengan keyakinan bahwa esok selalu ada pagi. Temukan kekayaan
yang tersimpan dalam malam gelap: keheningan, keindahan bulan, bintang atau
nyanyian binatang malam. Jalanilah saat-saat kegelapan dengan penuh harapan,
sebab besok matahari akan selalu terbit.
DH Agt 2012
(dimuat dalam Berita Kita Pandu edisi November 2012)
(dimuat dalam Berita Kita Pandu edisi November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar